Powered by Blogger.

Pengertian Dan Sejarah Dakwah Serta Efektifitas Media Dakwah Klasik Di Era Modern

Ilustrasi: sejarah/ google


A. Pengertian Dakwah Klasik. 

Media dakwah klasik adalah berbagai macam seni pertunjukan yang secara tradisonal dipentaskan di depan umum (khalayak) terutama sebagai sarana hiburan yang memiliki sifat komunikatif, seperti ludruk, wayang, drama, dan sebagainya. Ada 3 jenis wasilah dakwah yaitu :[1]

1. Spoken words, yaitu media dakwah yang berbentuk ucapan atau bunyi yang dapat ditangkap dengan indra telinga seperti radio, telepon dan sebagainya. 

2. Pinted writing, yaitu media dakwah yang berbentuk lisan yang dapat di tangkap dengan indra mata. 

3. The audia visual, yaitu media dakwah yang berbentuk gambar hidup yang dapat didengar sekaligus dapat dilihat seperti telivisi, folm,video, dan sebagainya. 

Di samping penggolongan wasilah di atas, wasilah dakwah juga dari segi sifat nya juga dapat di bagi menjadi 2 golongan, yaitu : 

1. Media tradisional, yaitu berbagai macam seni pertunjukan yang secara tradisional di pentaskan ke depan umum (khalayak terutama sebagai sarana hiburan yang memiliki sifat komunikatif seperti, ludruk, wayang, drama, dan sebagainya. 

2. Media modern yang di istilahkan dengan “media elektronika. Yaitu media yang dilahirrkan dari teknologi termasuk media modern ini termasuk televisi, radio, pers dan sebagainya. 

Melihat kenyataan budaya bangsa Indnesia yang memiliki beranekaragam media tradisonal, maka dapat dipahami mengapa para Wali Songo menggunakan media ini sebgai media dakwah dan ternyata pilihan media yang di gunakan Wali Songo menggunakan media ini sebagai media dakwah dan ternyata pilihan media para Wali tersebut menghasilkan masyarakat Muslim yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia. 

Media tradisonal berupa berbagai macam seni pertunjukan, yang secara tradisional dipentaskan di depan khalayak terutama sebagai sarana hiburan memiliki sifat komunikatif dan ternyata mudah dipakai sebagai wasilah dakwah yang efektif. Ada lebih dari 500 macam media tradisional di seluruh Indonesia sebagai pertunjukan rakyat, namun tidak semua media tersebut dapat dipergunakan sebagai wasilah dakwah. Untuk pemilihan media tradisional sebagai wasilah dakwah, harus depertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 

a. Aspek efektifitas komunikasinya. 

b. Aspek kesesuaiannya dengan masyarakat setempat. 

c. Aspek legalitas dari sudut pandang ajaran islam.[2]



B. Sejarah Penggunaan Media Dakwah Klasik. 

Dakwah islamiyah artinya menyampaikan seruan islam, mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima dan mempercayai keyakinan dan pandangan hidup. Tidak diragukan lagi bahwa berdakwah dengan sikap mulia mempunyai pengaruh besar terhadap audiens. Sikap mulia ini akan mendorong audiens banyak berfikir dan merenung sehingga tidak mustahil ia mendapat mengubah jalan hidupnya (dari jalan sesat pada jalan yang lurus). Nabi saw adalah manusia teladan yang mempunyai sikap-sikap mulia, sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam firmannya Q.S. Al-Ahzab : 21 

1. Berdakwah secara sembunyi (sirriyah). 

Seperti yang diketahui dalam sejarah, kota makkah pada saat sebelum datangnya islam merupakan pusat kegiatan bangsa Arab. Disanalah terdapat ka’bah dan benda-benda lain. Seperti patung yang dapat dijadikan sarana dan objek peribadatan mereka upacara-upacara ritual yang berupa kemusyrikan sudah menjadi tradisi yang kuat dalam masyarakat. 

Untuk mengubah semua itu bukanlkah hal yang mudah ia memerlukan orang yang mempunyai kepribadian yang tangguh dan bersikap bijak atau dengan kata lain orang-orang yang benar-benar telah mendapatkan hikmah dari Allah SWT. Rasulullah saw memulai dakwahnya dengan sembunyi-sembunyi yang dimulai dari orang-orang terdekat. Dari keluarga sahabat dan orang-orang baik yang dikenalnya…mereka mengetahui bahwa Nabi adalah seorang yang baik dan jujur.Karena itu ajakan beliau mendapat ajakan positif dari mereka-mereka yang menerimanya.Mereka ini dikenal dengan sebagai (As sabiqun Al-Awwalun). Generasi pertama yang masuk Islam orang pertama masuk islam. 

Dengan cara sembunyi-sembunyi Nabi berkumpul dengan mereka guna memberi ajaran dan bimbingan tentang islam. Strategi dasar rasulullah pada saat itu adalah melakukan pembinaan aqidah sebagai landasan yang kuat sebagai yang dapat membentengi mereka dari serangan kaum kafir.Beliau sering berkumpul dengan mereka ditempat-tempat yang sekiranya tidak dapat ketahui kaum kafir. 

Adapun tempat yang dijadikan sebagi tempat peribadatan antara rasul dan para pengikutnya adalah ditempatnya atau dirumahnya Arqam bin Abil Arqam Al-Makhzumi yang sering dijadikan tempat pertemuan rahasia tersebut. Ditempat inilah nabi saw mengajarkan ajaran islam kepada para pengikutnya. Selain dirumah Arqam Nabi juga sering bertemu dengan mereka dirumah para sahabat yang lain antara lain dikediaman sa’id bin zaid. Namun rumah Arqam dipilih nabi sebagai basis utama dari gerakan dakwahnya.Dengan dakwahnya seperti yang demikian ditempuh dengan lama tiga tahun. 

Pada fase ini terbentuklah komunikasi kaum beriman atas dasar persaudaraan, tolong-menolong, saling menyampaikan risalah dan mengatur posisi. Ketika hamzah bin Abdul Muthalib paman Nabi dan sebagian pemuka Quraisy, termasuk Umar Bin Khatab masuk Islam, maka bertambah kuatlah barisan umat Islam. Ketika itu turunlah ayat. Ketika itu turunlah Q.S. Al-Hijr: 94-96. 

Ayat diatas menunjukkan bahwa Allah swt telah menunjukkan hikmah kepada Nabinya yang mulia. Allah memerintahkan Nabi agar tidak lagi menyampaikan dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi melainkan dengan terang-terangan. 

Setelah posisi atau barisan umat Islam kuat, barulah Allah memerintahkan rasulnya untuk berdakwah secara terang-terangan. Hal ini tentu saja mendapat perlawanan dan pertentangan dari kaum quraisy seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya oleh umat islam. 

2. Berdakwah Secara Terang-Terangan 

Mula-mula Allah memerintahkan nabi agar berdakwah dilingkungan terdekat. Firmannya Q.S. Asy-Syura : 214-216. Rasulullah memerintahkan perintah tersebut dengan sikap tindakan yang bijak Allah memuji kebijakan keberanian dan keikhlasan beliau dalam berdakwah dijalannya.Beliau mengecam perbuatan syirik dan pelakunya serta merendahkan mereka hingga hari kiamat. Diantara sikap-sikap bijak beliau adalah sebagai berikut: 

Keberanian beliau ketika berseru dibukit safa, Ibnu Abbas dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim mengisahkan bahwa ketika turun ayat wa andzir ‘asyirataqul aqrabain(lihat ayat diatas) Nabi kemudian naik kebukit safa dan berseru “wahai Bani Fahr! Wahai bani ‘Ady!”. Ketiak mendengar seruan itu hamper semua orang dari dua kelompok pemuka quraisy tersebut berkumpul. Didalam kelompok tersebut terdapat Abu lahab dan pembesar Quraisy lainnya.Setelah semuanya berkumpul, nabi bertanya kepada mereka, “bagaimana pendapat kalian seandainya aku katakana bahwa ada seekor kuda dibalik bukit yang ingin mengubah nasib kalian, apakah kalian akan membenarkan aku?” mereka menjawab, “ya kami tidak pernah melihat engkau berdusta.” Selanjutnya beliau berkata “sungguh akan aku beri peringatan kepada kalian tentang siksa yang sangat pedih!”.Mendengar ucapan beliau, lalu Abu Lahab berkata “celakalah engkau ya Muhammad! Apakah hanya untuk mendengar ocehanmu ini engkau kumpulkan kami ketempat ini?”. Dari peristiwa ini, turunlah surat Al-Lahab : 1-2 

Pada umunya, para ahli yang dikritik lantaran tidak memasukkan media dalam analisis model komunikasi berasumsi bahwa proses komunikasi manusia dilakukan secara artifisial melalui saluran penyuaraan pesan, bahasa isyarat, terkadang pula melalui tulisan dan lukisan. Sekurang-kurangnya ada empat catatan historis tentang perkembangan media, yakni: 





1. Era masyarakat tribal. 

Di era ini, komunikasi dimediasi melalui komunikasi lisan karena masyarakat umumnya terikat dengan budaya lisan sehingga mengandalkan keterlibatan pemikiran intuitif dan holistis. 

2. Era masyarakat tulis. 

Di era ini, komunikasi manusia dimediasi oleh tulisan yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip bngunan logika, komunikasi visual, dorongan perenungan pribadi, matematika, sains, dan filsafat. 

3. Era percetakan. 

Di era ini, komunikasi antarmanusia menekankan pada cetakan visual yang berpusat pada “Galaksi Guttenberg” di sini peranan mata sangat dominan, cara berpikir linear, status sains semakin diperhitungkan, serta munculnya sikap individual. Karakteristik era ini berkaitan dengan melakukan konversi tulisan perorangan ke teknik cetakan, standarisasi bahasa nasional sebagai syarat membangun nasionalisme, serta mempertahankan prototipe revolusi industri. 

4. Era elektronika 

Era ini diawali dengan terbentuknya kesadaran dan pengalaman hidup dengan prinsip global village. Pada era ini, televisi merupakan media yang sangat dominan karena melibatkan semua sensori manusia (persepsi, sikap, strereotip, pikiran, perasaan, emosi, tindakan) yang mendorong warga masyarakat ke retribalization, serta memudarnya logika dan cara berpikir linear. Ada empat karakteristik era ini: 

a) Bertumbuhnya global village. 

b) Kehadiran cool medium seperti televisi yang secara spontan menawarkan hakikat lingkungan, serta retribalisasi kemanusiaan (perhatikan film-film horor, mitos). 

1. Pengaruh media makin kuat sehingga para penonton menjadi pasif. 

2. Cara berpikir dari linear ke lokal.. 

Setelah revolusi telekomunikasi bertumbuh pesat yang mendorong dan mengubah peran teknologi media, maka studi komunikasi manusia juga mengalami revolusi yang sangat cepat, dan peranan media dianggap penting untuk dimasukkan dalam model proses komunikasi manusia. Peranan media, dengan dukungan teknologi komunikasi, ternyata sangat membantu, memudahkan, mempercepat, memperluas peluang bagi sumber yang mengirimkan dan mempertukarkan informasi kepada atau dengan audiens atau massa yang sekaligus seolah mengabaikan ruang dan waktu fisik di muka bumi.[3]

C. Efektifitas Media Dakwah Klasik di Tengah Era Modern. 

Teknologi informasi pada era globalisasi sudah semakin canggih sehingga banyak media yang digunakan untuk menyampaikan dakwah.Sudah jarang kita temukan media klasik dalam berdakwah, namun masih ada beberapa efektifitas media klasik yang digunakan dalam berdakwah, contohnya ceramah dilapangan, dakwah kelompok dan majelis taklim. Sedangkan dakwah pada masa sekarang, masyarakat lebih tertarik dengan dakwah melalui media massa. 

a. Ceramah mimbar 

Media klasik ini masih digunakan oleh para pendakwah dalam menjalankan jalan dakwahnya.Hal ini membuktikan bakwa ceeramah mimbar yang notabene nya media klasik ini masih efektif digunakan dalam berdakwah dari zaman rasullullah hingga sekarang. 

b. Majelis taklim 

Majellis taklim ialah salah satu lembaga pendidikan diniah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada allah dan aklak mulia bagi jamaahnya ,serta mewujjudkan rahmat bagi alam semesta. 

Dalam prakteknya, majelis takim merupakan temopat pengajaran aytau pendidikan agama islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu penyelenggaraan nya pun tidak terikat, bias dalam waktu oagi, siang,sore maupun malam. Tempat mengajarannya pun bisa dilakukan di rumah masjid musalla, gedung, aula ,halama, dll 

c. Surat sebagai media komunikasi klasik 

Komunikasi antara raja raja pada masa dahulu menggunakan surat sebagai media. Untuk mengantarkan pesan menggunakan kurir atau burung merpati. Seperti dalam kisah nabi sulaiman a.s dengan jelas menerangkan proses komunikasi antara dirinya dengan ratu balqis[4].Pada masa sekarang ini masih banyak juga surat-menyurat yang digunakan sebagai media komunikasi. 



Dalam alquran juga telah di jelaskan tentang pengiriman surat Nabi Sulaiman kepada Ratu Balqis. (Q.S An-Naml: 28 ) 

Artinya: pergilah dengan membawa suratku ini lalu jatuhkanlah kepada mereka kemudian berpalinglah dari mereka, kemudian perhatikanlah apa yang mereka bicarakan. 

d. Pengiriman da’i 

Pada massa sekarang ini masih banyak da’i yang diutuskan ke daerah-daerah terpencil untuk menyampaikan dakwah, hal ini sama juga dengan masa rasulullah saw, hanya saja cara dan medianya berbeda pada massa rasulullah lebih kepada pengiriman delegasi.Da’I dikirim dengan menggunakan unta, namun pada masa sekarang ini teknologi semakin berkembangda’i dikirim dengan menggunakan alat transportasi yang semakin canggih pula, seperti mobil, pesawat, kendaraan dll. 

e. Masjid sebagai tempat utama untuk berdakwah 

Pada masa Rasulullah tempat yang paling banyak dilakukan untuk berdakwah ialah masjid. Masjid pada saat itu bukan hanya dijadikan tempat peribadatan, melainkan sebagai tempat pendidikan, berdakwh, sosial, peradilan, bahkan perencanaan perangpun di masjid..Saat ini juga banyak masjid-masjid yang dijadikan untuk berdakwah. 


DAFTAR PUSTAKA 

Munir, M. metode dakwah , prenada media, Jakarta: kencana 2006 

Illahi wahyu, dan hefni harjani.Pengantar sejarah dakwah , prenada media Jakarta kencana 2007 

Moh Aziz Ali, ilmu dakwah, prenada media , Jakarta kencana 2004 





referensi
[1]Moh Aziz Ali, ilmu dakwah, prenada media , Jakarta kencana 2004 
[2]Ibid.hal 149-150. 
[3]Alo,Liliweri.Komunikasi: Serba Ada Serba Makna,.(Jakarta: Kencana, 2011), hal. 872-873. 
[4] Etika komunikasi islam